Pelapisan
sosial atau di sebut juga Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis(Pitirim A.
Sorokin). Pelapisan sosial kenyataanya dapat di ketahui dalam masyarakat yaitu
dengan munculnya kelas-kelas tinggi dan kelas kelas yang lebih rendah.
Adapun
pengertian pelapisan sosial menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah
golongan manusia yang di tandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan
beberapa hak istimewa tertentu. Didalam masyarakat pelapisan masyarakat ini
muncul karena gengsi kemasyarakatan sehingga timbulah pembedaan kelas-kelas
dalam masyarakat, ada kelas-kelas tinggi yatu mereka yang mempunyai kekuasaan
lebih dan hak-hak istimewa di banding dengan kelas-kelas rendah.
Pelapisan
sosial merupakan gejala yang umum dalam suatu masyarakat dimanapun dan kapanpun
pasti selalu ada Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama
dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan
sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta
kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Jadi
dapat kita simpulkan bahwa Pelapisan sosial adalah perbedaan tinggi dan
rendahnya suatu kedudukan seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan
dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Yang menentukan tinggi dan
rendahnya lapisan sosial seseorang itu biasanya disebabkan oleh macam-macam
perbedaan, sepertihalnya kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial,
serta kekuasaan dan wewenang.
contoh kasus
di negeri kita ini, di indonesia kita ini secara tidak langsung terjadi
pelapisan sosial antara kalangan atas dan kalangan bawah, kalangan atasnya
adalah mereka yang memiliki kekuasaan di pemerintah dan kalangan bawahnya
adalah rakyat, kita dapat melihat bahwa pembedaan kelas ini begitu mencolok,
contohnya saja dalam penegakan hukum, kesannya di negeri ini pemerintah lebih
condong melindungi mereka yang duduk di kursi pemerintahan di banding melindungi
keadilan rakyat. Menurut kenyataan yang terjadi para pejabat negera yang
mencuri kesejahteraan rakyat dengan kata lain melakukan Korupsi sangat sulit
ditangkap dan di jerat hukum ketimbang rakyat biasa yang melakukan kejahatan
misalkan pencurian kecil-kecilan, sekalipun misalkan pejabat negara di tangkap
maka yang mereka huni bukan penjara-penjara biasa, akan tetapi penjara bak
hotel berbintang.
Dari
kasus di atas terlihat sangat mencolok pelapisan sosial antara kelas-kelas atas
dan kelas-kelas rendah, dapat terlihat kelas-kelas atas mempunyai wewenang
lebih dan kekuasaan lebih ketimbang kelas rendah, dan kesanya semuanya bisa di
beli dengan uang termasuk keadilan dapat di beli dengan uang.
Kesamaan
derajat adalah suatu sifat yang menghubungankan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota
masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap
pemerintah dan Negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam
perundang-undangan atau Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang
tanpa terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat. Kesamaan
derajat ini terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai faktor
kehidupan.
Pelapisan
sosial dan kesamaan derajat mempunyai hubungan, kedua hal ini berkaitan
satu sama lain. Pelapisan soasial berarti pembedaan antar kelas-kelas
dalam masyarakat yaitu antara kelas tinggi dan kelas rendah, sedangkan Kesamaan
derajat adalah suatu yang membuat bagaimana semua masyarakat ada dalam kelas
yang sama tiada perbedaan kekuasaan dan memiliki hak yang sama sebagai
warga negara, sehingga tidak ada dinding pembatas antara kalangan atas dan
kalangan bawah.
Contoh kasus 1
Melonjaknya angka
penduduk diJakarta pasca lebaran
Pasca
Lebaran, penduduk DKI Jakarta diprediksi melonjak sebanyak 60 ribu jiwa. 3 juta
jiwa warga Jakarta yang mudik membawa sanak saudaranya ke Ibukota untuk mengadu
nasib. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) mengancam akan memulangkan kaum
urban yang tidak punya kerjaan di Jakarta.
Sudah
jadi tradisi arus balik perayaan Idhul Fitri diikuti ledakan jumlah penduduk
di Jakarta. Masyarakat Ibukota yang mudik saat Lebaran, datang ke Jakarta lagi
dengan menyertakan sanak saudaranya, untuk ikut mengadu nasib di Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, mencatat masyarakat Jakarta yang mudik ke
beberapa daerah di Jawa dan Sumatera tahun ini mencapai 3 juta jiwa.Pasca
Lebaran penduduk di Jakarta dipastikan bakal makin padat. Diprediksi 60 ribu
jiwa kaum urban bakal masuk Ibukota untuk ikut mengadu nasib, mengais rezeki di
Jakarta. Jika diamati, sejak tiga tahun terakhir memang tren urbanisasi pasca
Lebaran menurun. Namun, penurunan angka urbanisasi itu tak selamanya berarti
baik.
Kemiskinan di Desa dan
Urbanisasi
Setiap
tahun angka para pendatang ke kota besar terus bertambah. Momen yang paling
tepat untuk melakukan migrasi besar-besaran adalah momen arus balik paska
Lebaran. Operasi Yustisi yang digelar pemerintah kota Jakarta bertujuan
mengidentifikasi seberapa besar jumlah pendatang baru yang masuk ke kota ini.
Saya rasa Jakarta adalah satu di antara banyak kota besar lain yang menjadi
tujuan para pendatang baru dari desa.
factor penyebab
Faktor Ekonomi
Kondisi
statis perekonomian di pedesaan merupakan faktor utama pemicu ledakan
urbanisasi. Laju nadi ekonomi di pedesaan dianggap statis sebab setiap orang
yang hendak menjalankan usaha tidak pernah dirancang secara terencana.
Seorang
pedagang es keliling tidak pernah membayangkan bahwa setelah menjalankan usaha
selama sepuluh tahun kemajuan apa saja yang harus dicapai. Mereka tetap
menjalankan usaha tanpa sedikit pun peningkatan berarti. Usaha sekedar
dimaksudkan untuk menyambung hidup.
Inilah karakter cara berusaha masyarakat di pedesaan. Cara berusaha semacam ini tentu tidak dapat diharapkan untuk memperbaiki taraf hidup. Kondisi yang demikian membuat sebagian besar orang-orang dari desa yang mengharapkan perubahan tarap hidup mulai memimpikan cara untuk dapat memperbaiki kondisi ekonomi.
Inilah karakter cara berusaha masyarakat di pedesaan. Cara berusaha semacam ini tentu tidak dapat diharapkan untuk memperbaiki taraf hidup. Kondisi yang demikian membuat sebagian besar orang-orang dari desa yang mengharapkan perubahan tarap hidup mulai memimpikan cara untuk dapat memperbaiki kondisi ekonomi.
Sebagian dari mereka yang masih mengandalkan kekuatan kekeluargaan terpaksa menghimpun dana yang dijadikan ongkos ke luar negeri. Sementara sebagian mereka yang tidak memiliki modal cukup untuk ke luar negeri memilih untuk pergi ke kota-kota besar di dalam negeri.
Faktor Kultural
Masalah ekonomi
merupakan basis persoalan yang mendorong perpindahan masyarakat meninggalkan
desa. Di samping itu terdapat faktor penting lain yang juga menjadi pemicunya
yakni faktor kultural.
Saat ini televisi bukanlah barang mewah di pedesaan. Televisi telah dapat diakses dengan mudah. Setiap hari penduduk di pedesaan dapat mengkonsumsi acara-acara televisi. Sebagian besar dari acara yang dikonsumsi adalah acara-acara yang menggambarkan kehidupan di perkotaan. Impian untuk pergi ke kota didorong oleh hasrat menikmati gaya hidup orang-orang kota.
Dua faktor ini merupakan pemicu utama mengapa orang-orang desa melakukan migrasi besar-besaran ke kota. Tidak peduli risiko yang harus mereka tanggung sebagai akibat dari ketiadaan keahlian yang mereka miliki.
Tanpa Skill
Kita tahu sebagian
besar pendatang dari desa yang pergi ke kota tidak memiliki basis pengetahuan
dan keahlian. Jadilah mereka hanya mengandalkan tenaga.
Lapangan-lapangan pekerjaan yang dapat mereka akses sebagian besar adalah bidang jasa. Tidak jarang bidang-bidang itu meliputi sesuatu yang berisiko tinggi meski dengan bayaran yang dianggap cukup. Mereka yang kurang beruntung memilih pekerjaan serampangan. Termasuk pekerjaan di luar hukum (kriminal).
Lapangan-lapangan pekerjaan yang dapat mereka akses sebagian besar adalah bidang jasa. Tidak jarang bidang-bidang itu meliputi sesuatu yang berisiko tinggi meski dengan bayaran yang dianggap cukup. Mereka yang kurang beruntung memilih pekerjaan serampangan. Termasuk pekerjaan di luar hukum (kriminal).
Konsekuensi
Semakin membengkaknya jumlah warga kota dari kelas pekerja ini membawa dampak yang begitu besar. Di satu sisi pemerintah kota tengah berupaya melakukan sterilisasi kawasan kota dari penghuni liar. Di sisi lain jumlah pendatang baru ini kian bertambah.
Solusi mengatasi
urbanisasi dan kemiskinan :
1. Pemerataan
lapangan pekerjaan dan pembangunan disetiap daerah sehingga tidak terpusat
dikota besar saja.
2. Pengadaan
pelatihan-pelatihan dibidang-bidang spesifik. Tujuannya untuk meningkatkan skill
individu disetiap daerah agar dapat menciptakan pekerjaan sendiri.
Contoh Kasus
Penganiayaan
TKI terakhir di Malaysia dialami oleh Siti Hajar yang dianiaya oleh majikannya
pada 2009.Mengangkat pembantu adalah sebuah pilihan berat karena pembantu
idealnya adalah partner kerja meskipun dia bekerja dibawah perintah kita.
Mereka bukanlah barang mati, yang tidak punya pikiran dan perasaan. Mereka
tentu punya juga keinginan untuk dihargai, dan tentu saja tidak bakalan menolak
jika diajak berkomunikasi secara baik dengan penuh kesantunan dan kasih sayang.
Karena itu, tidak selayaknya pembantu diperlakukan layaknya ata’ atau budak.
Dalam banyak kasus—semoga kita tidak termasuk diantaranya—seringkali pembantu
dipersamakan dengan budak. Yang selalu muncul di pikiran kita, ”pokoknya dia
harus nurut, kalau tidak awas .!!. Kasus Siti Hajar diatas merupakan satu bukti
nyata dimana pembantu diperlakukan tak lebih dari seorang budak baginya.
SOLUSI :
Pemerintah harus bersikap tegas kepada malaisya, khususnya kedubes Indonesia yang ada diIndonesia harus bersikap tegas terhadap malaisya, dan melindungi WNI yang ada di Malaisya. Jangan sampai TKI-TKi kita diperlakukan seenaknya seperti binatang. Kalo Pemeritahan malaisya tidak menanggapi/respon dari pemerintahan indonesia kita harus menarik keluar TKI-TKi kita yang ada diIndonesia agar tidak menjadi makan Korban lagi.
SOLUSI :
Pemerintah harus bersikap tegas kepada malaisya, khususnya kedubes Indonesia yang ada diIndonesia harus bersikap tegas terhadap malaisya, dan melindungi WNI yang ada di Malaisya. Jangan sampai TKI-TKi kita diperlakukan seenaknya seperti binatang. Kalo Pemeritahan malaisya tidak menanggapi/respon dari pemerintahan indonesia kita harus menarik keluar TKI-TKi kita yang ada diIndonesia agar tidak menjadi makan Korban lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar