Server adalah sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Server didukung dengan prosesor yang bersifat scalable dan RAM yang besar, juga dilengkapi dengan sistem operasi khusus, yang disebut sebagai sistem operasi jaringan atau network operating system. Server juga menjalankan perangkat lunak administratif yang mengontrol akses terhadap jaringan dan sumber daya yang terdapat di dalamnya, seperti halnya berkas atau alat pencetak (printer), dan memberikan akses kepada workstation anggota jaringan. Umumnya, di atas sistem operasi server terdapat aplikasi-aplikasi yang menggunakan arsitektur klien/server.
Contoh dari aplikasi ini adalah DHCP Server, Mail Server, HTTP Server, FTP Server, DNS Server dan lain sebagainya. Setiap sistem operasi server umumnya membundel layanan-layanan tersebut atau layanan tersebut juga dapat diperoleh dari pihak ketiga. Setiap layanan tersebut akan merespons terhadap request dari klien. Sebagai contoh, klien DHCP akan memberikan request kepada server yang menjalankan server DHCP; ketika sebuah klien membutuhkan alamat IP, klien akan memberikan perintah/request kepada server, dengan bahasa yang dipahami oleh server DHCP, yakni protokol DHCP itu sendiri. Contoh sistem operasi server adalah Windows NT 3.51, dan dilanjutkan dengan Windows NT 4.0. Saat ini sistem yang cukup populer adalah Windows 2000 Server dan Windows Server 2003, kemudian Sun Solaris, Unix, dan GNU/Linux. Server biasanya terhubung dengan client dengan kabel UTP dan sebuah Network Card. Kartu jaringan ini biasanya berupa kartu PCI atau ISA. Fungsi server sangat banyak, misalnya untuk situs internet, ilmu pengetahuan, atau sekedar penyimpanan data. Namun yang paling umum adalah untuk mengkoneksikan komputer client ke Internet. Sedangkan klien-server atau client-server merupakan sebuah paradigma dalam teknologi informasi yang merujuk kepada cara untuk mendistribusikan aplikasi ke dalam dua pihak: pihak klien dan pihak server. Dalam model klien/server, sebuah aplikasi dibagi menjadi dua bagian yang terpisah, tapi masih merupakan sebuah kesatuan yakni komponen klien dan komponen server. Komponen klien juga sering disebut sebagai front-end, sementara komponen server disebut sebagai back-end. Komponen klien dari aplikasi tersebut dijalankan dalam sebuah workstation dan menerima masukan data dari pengguna.
Komponen klien tersebut akan menyiapkan data yang dimasukkan oleh pengguna dengan menggunakan teknologi pemrosesan tertentu dan mengirimkannya kepada komponen server yang dijalankan di atas mesin server, umumnya dalam bentuk request terhadap beberapa layanan yang dimiliki oleh server. Komponen server akan menerima request dari klien, dan langsung memprosesnya dan mengembalikan hasil pemrosesan tersebut kepada klien. Klien pun menerima informasi hasil pemrosesan data yang dilakukan server dan menampilkannya kepada pengguna, dengan menggunakan aplikasi yang berinteraksi dengan pengguna. Sebuah contoh dari aplikasi client/server sederhana adalah aplikasi web yang didesain dengan menggunakan Active Server Pages (ASP) atau PHP. Skrip PHP atau ASP akan dijalankan di dalam web server (Apache atau Internet Information Services), sementara skrip yang berjalan di pihak klien akan dijalankan oleh web browser pada komputer klien.
Klien-server merupakan penyelesaian masalah pada software yang menggunakan database sehingga setiap komputer tidak perlu diinstall database, dengan metode klien-server database dapat diinstal pada suatu komputer sebagai server dan aplikasinya diinstal pada client.
BERBAGI BERSAMA
Rabu, 27 Maret 2013
Kamis, 15 November 2012
PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum
mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini
merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang
relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka
juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi
sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional ada prasangka ke dalam tiga kategori.
·
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
·
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak
disukai.
·
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan
seseorang dalam bertindak.
Beberapa jenis diskriminasi terjadi karena
prasangka dan dalam kebanyakan masyarakat tidak disetujui.
Perbedaan Prasangka dan
Diskriminasi
Prasangka adalah sifat
negative terhadapsesuatu.Dalam kondisi prasangka untuk menggapaiakumulasi
materi tertentu atau untuk statussocial bagi suatu individu atau suatukelompok
social tertentu.Seorang yang berprasangka rasial biasanya bertindak
diskriminasi terhadap ras yangdiprasangkanya.
Sebab Timbulnya
Prasangka
Berlatar belakang
sejarah.Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan
situsional.Bersumber dari factor kepribadian.Berlatar belakang dari perbedaan
keyakinan danagama.
Daya Upaya Untuk
MengurangiPrasangka dan Diskriminasi
Perbaikan kondisi social
ekonomi, pemerataan pembangunan, dan usaha peningkatan pendapatan
bagi WNI yangmasih di bawah garis kemiskinan.Perluasan kesempatan belajar.Sikap
terbuka dan lapang harus selalu kitasadari.
Etnosentrisme
Suku bangsa ras cenderung
menganggapkebudayaan sebagai salah satu yang prima, riil,logis, sesuai
kodrat alam,dsb.Etnosentrisme merupakan gejala social yanguniversal.Etnosentrik
merupakan akibat etnosentrisme penyebab utama kesalah pahaman
berkomunikasi.Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikapChauvinisme pernah
dianut orang – orang Jermanzaman Nazi.
CONTOH KASUS
Masalah diskriminasi
antara umat Muslim dan Nasrani yang terjadi di Poso.
Kasus Tibo adalah sebuah kasus mengenai penyelesaian Kerusuhan Poso. Tibo sendiri merupakan salah satu terdakwa dari tiga terdakwa dalam kasus ini. Tiga orang terdakwa dalam kasus ini adalah Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Mereka ditangkap pada Juli dan Agustus 2000. Dan dijatuhi vonis mati pada April 2001 di Pengadilan Negeri Palu, dan ditegaskan kembali dengan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara pada 17 Mei 2001. Pengadilan memutuskan bahwa mereka bersalah atas tuduhan pembunuhan, penganiayaan, dan perusakan di tiga desa di Poso, yakni Desa Sintuwu Lemba, Kayamaya, dan Maengko Baru.
Solusi :
Pemerintah harus menangkap oknum-oknum dari pihak muslim dan nasrani sebagai dalang provokator masalah tersebut. Melakukan perundingan antara tokoh utama Muslim dan Kristen.
Kasus Tibo adalah sebuah kasus mengenai penyelesaian Kerusuhan Poso. Tibo sendiri merupakan salah satu terdakwa dari tiga terdakwa dalam kasus ini. Tiga orang terdakwa dalam kasus ini adalah Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Mereka ditangkap pada Juli dan Agustus 2000. Dan dijatuhi vonis mati pada April 2001 di Pengadilan Negeri Palu, dan ditegaskan kembali dengan Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara pada 17 Mei 2001. Pengadilan memutuskan bahwa mereka bersalah atas tuduhan pembunuhan, penganiayaan, dan perusakan di tiga desa di Poso, yakni Desa Sintuwu Lemba, Kayamaya, dan Maengko Baru.
Solusi :
Pemerintah harus menangkap oknum-oknum dari pihak muslim dan nasrani sebagai dalang provokator masalah tersebut. Melakukan perundingan antara tokoh utama Muslim dan Kristen.
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan
sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu
menurut kaidah-kaidah umum. yang terhimpun secara sistematis, tetapi juga
merupakan suatu metodologi
dan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan
tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial
(kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu
artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi
objek kajian dari ilmu terkait.
alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparandan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.
alam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparandan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya.
SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang
seharusnya dimilikioleh seorang
peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik pula, peneliti
harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baikdan hasil yang baik pula, peneliti
harus memiliki sifat-sifat berikut ini.
1). Mampu Membedakan Fakta dan Opini Fakta adalah
suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini
adalahpendapat pribadi dari seseorang
yang tidak dapat dibuktikankebenarannya sehingga di dalam melakukan studi
kepustakaan, seorangpeneliti hendaknya mampu
membedakan antara fakta dan opini
agarhasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.
2).Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan danArgumentasi
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil
penelitiannya akansenantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari
perdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankankebenaran
yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta yang jelas
sumbernya.
agarhasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.
2).Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan danArgumentasi
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketikaberada dalam satu ruang
dengan orang lain. Begitu juga pada saatbertanya, berargumentasi, atau mempertahankan hasil
penelitiannya akansenantiasa menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari
perdebatansecara emosi. Kepala tetap dingin, tetapi tetap berani mempertahankankebenaran
yang diyakininya karena yakin bahwa pendapatnya sudahdilengkapi dengan fakta yang jelas
sumbernya.
3)
Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut
ilmu, ia selalu berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalaninformasi di segala bidang, dan
selalu berusaha mengikuti
perkembanganilmu pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
4)
Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik
senantiasa peduliterhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yangdilakukannya membawa dampak yang
positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya.
Definisi Teknologi
Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu
definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin,
material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai
aktivitas manusia, teknologi mulai dikenal sebelum sains dan teknik. Teknologi
dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan
manusia, namun jika pada kenyataannya teknologi malah mempersulit, layakkah
disebut Ilmu Pengetahuan? Kata teknologi
sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses
penemuan saintifik yang baru ditemukan. Meskipun demikian, penemuan yang sangat
lama seperti roda juga disebut sebuah teknologi.
Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya. Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan. Fenomena teknik pada masyarakat Fenomena teknik pada masyarakat teknik, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya. Makna Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20, maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan. Fenomena teknik pada masyarakat Fenomena teknik pada masyarakat teknik, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
·
Rasionalistas,
artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional
·
Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
·
Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi
kegiatan teknis
·
Teknik
berkembang pada suatu kebudayaan
·
Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
·
Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan
·
Otonomi
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut :
1. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2. Teknik meliputi bidang organisasional seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3. Teknik meliputi bidang
manusiawi. Teknik telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia
semakin harus beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi
manusia yang bebas dari pengaruh teknik.
PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan. Kemiskinan dipahami
dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari- hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari- hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2. Gambaran tentang kebutuhan
sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi
pada bidang ekonomi.
3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politikdan ekonomi di seluruh dunia.
Ciri-ciri manusia yg berada di bawah kemiskinan mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-
Tidak memiliki
factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
-
Tidak memiliki
kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan
-
sendiri, seperti untuk
memperoleh tanah garapan ataua modal usahaTingkat pendidikan mereka rendah,
tidak sampai taman SD.
-
Kebanyakan tinggal di
desa sebagai pekerja bebas
-
Banyak yang hidup di
kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
-
Fungsi-fungsi Orang
Miskin
Pertama : adalah menyediakan
tenaga kerja untuk pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi
di bayar murah.
Kedua : kemiskinan adalah
menambah atau memperpanjang nilai guna barang atau jasa. Baju bekas yang sudah
tidak terpakai dapat di jual ( atau dengan bangga di katakan ” di infakan ”) kepada
orang-orang miskin.
Ketiga : kemiskinan adalah
mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang kaya.
Pegawai-pegawai kecil, karena di bayar murah, petani tidak boleh menaikan harga
beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.
Kempat : kemiskinan adalah
menyediakan lapangan kerja,bagaimana mungkin orang miskin memberikan lapangan
kerja ? karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit ( barang atau
uang ) aktivis-aktivis LSM ( yang menyalurkan dana dari badan-badan
internasional lewat para aktivis yang belum mendapatkan pekerjaan kantor )
belakangan kita tahu bahwa tidak ada komunitas yang paling laku di jual oleh
negara ketiga di pasaran internasional selain kemiskinan.
Kelima : kemiskinan adalah
memperteguh status sosial orang-orang kaya, perhatikan jasa orang miskin pada
perilaku orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos
kepadanya. Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah
inem-inem mengurus rumah tangganya.
CONTOH KASUS
Berikut ini adalah
contoh studi kasus yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan, teknologi, dan
Kemiskinan.
Contoh kasus Yang
berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan kemiskinan:
Contoh 1: Di Negara
Indonesia Ini, Banyak anak-anak yang terlantar karena orang tuanya yang tidak
mampu membiayai anaknya sekolah, sehingga lama-kelamaan akan menghasilkan
generasi yang tidak mengerti ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dan inilah titik
awal dari factor-faktor kemiskinan karena pendidikan yang tidak tinggi.
MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN
PENGERTIAN
MASYARAKAT
Masyarakat
dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah
ekseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh
lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua
perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya
territorial, bangsa, golongan dan sebagainya.
MASYARAKAT
PEDESAAN
Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri
atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian
mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian,
dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan
teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.
Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat
sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat
kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai
perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau
anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang
saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama
terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun
yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1. Didalam masyarakat pedesaan
di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila
dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya
berkelompok dengan dasar kekeluargaan
3. Sebagian besar warga
masyarakat pedesaan hidup dari pertanian
4. Masyarakat tersebut
homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan
sebagainya
Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal
berbagai macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang
sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan
penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering
diistilahkan dengan :
-
konflik
-
kontraversi
-
kompetisi
MASYARAKAT
PERKOTAAN
Masyarakat perkotaan sering disebut urban
community . Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya
serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada
beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. kehidupan keagamaan
berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa
2. orang kota pada umumnya
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang
penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota
kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan
paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
3. Jalan pikiran rasional yang
pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi –
interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor
pribadi.
4. pembagian kerja di antra
warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
5. kemungkinan-kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada
warga desa
6. interaksi yang terjai lebih
banyak terjadi berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
7. pembagian waktu yang lebih
teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
8. perubahan-perubahan sosial
tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh dari luar.
PERBEDAAN
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
1. Lingkungan Umum dan
Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat perdesaan berhubungan kuat dengan
alam, karena lokasi geografisnyadi daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa
akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Berbeda dengan penduduk
yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
2. Pekerjaan atau Mata
Pencaharian,
Pada umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak
sedikit juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian
tidak lepas dari kegiatan usaha.
3. Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan
biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
4. Kepadatan Penduduk, Penduduk desa
kepadatannya lbih rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk
kota,kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi
dari kota itu sendiri.
5. Homogenitas dan
Heterogenitas,
Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa,
kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa bila
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya
heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa,
penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari
penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi
Sosial.
7. Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam
masyarakat sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg
tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat
kelas ekstrem dari masyarakat.
Ada
beberapa perbedaan pelapisan sosial yang tak resmi antara masyarakat desa dan
kota:
·
pada
masyarakat kota aspek kehidupannya lebih banyak system pelapisannya
dibandingkan dengandi desa.
·
pada
masyarakat desa kesenjangan antara kelas eksterm dalam piramida sosial tidak
terlalu besar dan sebaliknya.
·
masyarakat
perdesaan cenderung pada kelas tengah.
·
ketentuan
kasta dan contoh perilaku.
Mobilitas
Sosial.
Mobilitas
berkaitan dgn perpindahan yg disebabkan oleh pendidikan kota yg heterogen,
terkonsentrasinya kelembagaan-kelembagaan.
·
banyak
penduduk yg pindah kamar atau rumah
·
waktu
yg tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian per satuan
·
bepergian
setiap hari di dalam atau di luar
·
waktu
luang di kota lbih sedikit dibandingkan di daerah perdesaan Interaksi Sosial.
·
masyarakat
pedesaan lebih sedikit jumlahnya
·
dalam
kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun secara kualitatif
Pengawasan
Sosial.
Di
kota pengawasan lebih bersifat formal, pribadi dan peraturan lbh menyangkut
masalah pelanggaran
Pola
Kepemimpinan
Menentukan
kepemimpinan di daerah perdesaan cenderung banyak ditentukan oleh kualitas
pribadi dari individu dibandingkan dengan kota
Standar
Kehidupan
Di
kota tersedia dan ada kesanggupan dalam menyediakan kebutuhan tersebut, di desa
tidak demikian
Kesetiakawanan
Sosial
Kesetiakawanan
sosial pada masyarakat perdesaan dan perkotaan banyak ditentukan oleh
masingmasing faktor yang berbeda
Nilai
dan Sistem Nilai
Nilai
dan system nilai di desa dengan di kota berbeda dan dapat diamati dalam
kebiasaan, cara dan norma yang berlaku
Hubungan
desa dan kota
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah
dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan terdapat
hubungan uang erat, bersifat ketergantungan, karena saling membutuhkan Kota
tergantung desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan, desa
juga merupakan tenaga kasar pada jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota. sebaliknya,
kota menghasilkan barang-barang yg juga diperlukan oleh orang desa, kota juga
menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa yg dibutuhkan oleh
orang desa.
ASPEK
POSITIF DAN NEGATIF
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari
pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan
dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut .
Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat
perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
-
Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya.
-
Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
-
Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan telekomunikasi.
-
Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan, dan kesenian.
-
Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan, pendidikan, dan utilitas
umum.
Untuk
itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur pemerintah kota harus ditingkatkan :
a.
Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah yang timbul di kota .
Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi kota dan perencanaan kota harus
dimilikinya .
b.
Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan pengaturan tata kota harus
dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak disusul dengan masalah lainnya ;
c.
Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan baik sebab kalau tidak ,
maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru ;
d.
Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan kerjasama yang baik antara
para pemimpin di kota dengan para pemimpin di tingkat kabupaten tetapi juga
dapat bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya .
Oleh
karena itu maka kebijaksanaan perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat
dilihat dalam kerangka pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional . Rumusan
pengembangan kota seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah
kota sebagai berikut :
1.
Menekan angka kelahiran
2.
Mengalihkan pusat pembangunan pabrik (industri) ke pinggiran kota
3.
Membendung urbanisasi
4.
Mendirikan kota satelit dimana pembukaan usaha relatif rendah
5.
Meningkatkan fungsi dan peranan kota – kota kecil atau desa – desa yang telah
ada di sekitar kota besar
6.
Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai pekerjaan.
CONOH KASUS
PENGGUNAAN TEKNOLOGI
DAN INOVASI PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN
Banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial di pedesaan, misalnya, pola
pendidikan, sistem ekonomi, politik pemerintahan dan banyak hal yang tak
mungkin dipisahkan dari faktor-faktor individual yang yang berpengaruh dengan
secara tanpa disadari mampu mempengaruhi individu lainnya. Faktor yang penting
dalam kaitannya dengan pembicaraan ini adalah teknologi, yang sangat nyata
berkaitan dengan perubahan sosial di pedesaan. Hal ini terjadi karena program
pembangunan pembangunan ekonomi nasional.
Pada
masa pembangunan ini, baik itu setelah Indonesia merdeka maupun orde baru, desa
secara terus menerus mengalami perubahan sosial. Masyarakat desa menerima dan
menggunakan hasil penemuan atau peniruan teknologi khususnya di bidang
pertanian, yang merupakan orientasi utama pembangunan di Indonesia. Penerimaan
terhadap teknologi baik itu dipaksakan ataupun inisiatif agen-agen perubahan
(agent of change), tidak terelakkan lagi akan mempengaruhi perilaku sosial
(social behavior) dalam skala atau derajat yang besar. Lebih dari itu,
introduksi teknologi yang tidak tepat mempunyai implikasi terhadap perubahan
sosial, yang kemudian akan diikuti dan diketahui akibatnya. Contohnya, ketika
teknologi berupa traktor atau mesin penggilingan padi awal gerakan revolusi
hijau sekitar tahun 60-an masuk ke desa, banyak buruh tani di pedesaan jadi
pengangguran akibat tenaganya tergantikan oleh mesin-mesin traktor.
Keadaan
ini menimbulkan perubahan struktur, kultur dan interaksional di pedesaan.
Perubahan dalam suatu aspek akan merembet ke aspek lain. Struktur keluarga
berubah, di mana buruh wanita yang biasa menumbuk padi sebagai penghasilan
tambahan, sekarang hanya tinggal di rumah. Masuknya traktor menyebabkan tenaga
kerja hewan seperti sapi atau kerbau menganggur dan buruh tani kehilangan
pekerjaannya. Keadaan demikian menyebabkan terjadinya urbanisasi, buruh tani
dan pemuda tani lari ke kota mencari pekerjaan. Hal ini kemudian memberikan
dampak kepadatan penduduk yang membeludak di perkotaan, lalu menjadikan
perputaran ekonomi semakin besar dan desa semakin tertinggal. Namun keadaan ini
tidak sampai di sini, ketika mereka kembali lagi ke desa timbul konflik kultur
akibat budaya yang terbangun selama berada di kota terbawa ke desa. Dari contoh
sederhana ini dapat dibayangkan betapa akibat perubahan suatu aspek dapat
merembet ke aspek lainnya.
Proses
pembangunan pedesaan di daerah pertanian tidak lain adalah suatu perubahan
sosial. Demikian pula introduksi teknologi ke pedesaan yang bermula dari
kebijakan orde baru yang mengikuti pada isu global bernama revolusi hijau
menimbulkan perubahan sosial dalam berbagai dimensi. Masuknya traktor atau
mesin penggiling padi ke pedesaan menyebabkan berkurangnya peranan buruh tani
dalam pengelolaan tanah dan berkurangnya peranan wanita dalam ekonomi keluarga
di pedesaan.
Teknologi
yang masuk ke desa tersebut banyak dikuasai oleh golongan ekonomi kelas atas
dan menengah di desa. Golongan tersebut dengan pendirinya akan menentukan
pasaran kerja di desa. Keadaan demikian akan menggeser peranan pemilik ternak
kerbau atau sapi sebagai sumber tenaga kerja pengolah sawah.
Masuknyan
teknologi perangkat usaha ternak sapi perah, menggeser peternak tradisional
yang hanya memiliki satu sampai tiga ekor ternak. Perangkat teknologi tersebut
merubah sistem beternak, dari ekonomi keluarga ke ekonomi komersial, dengan
jumlah ternak yang banyak dan dikuasai oleh golongan ekonomi kuat di desa atau
di kota yang menanamkan modalnya di desa. Perangkat teknologi sapi perah
seperti mixer makanan ternak, cooling unit susu, sistem
pengawetan dan lain-lain, memungkinkan orang untuk menangani jumlah ternak sapi
lebih banyak. Hal ini memberikan bukti bahwa teknologi mengakibatkan
meningkatnya ukuran usaha tani di pedesaan.
Belum
lagi kebijakan-kebijakan sederhana yang ada di pedesaan. Penunjukan kepala desa
sebagai ketua LKMD misalnya, hal ini mengakibatkan pengaruh Negara akan semakin
dominan yang notabene tidak terlalu paham dengan kondisi sosial masyarakat desa
setempat. Pola pengaruh ini bermula dari penggunaan kekuasaan yang terlalu
berlebih. Dengan dalih pembangunan, para kusir delman tergeser oleh adanya
transportasi angkutan pedesaan. Struktur ekonomi kembali dikuasai oleh
orang-orang tertentu saja. Disini terjadi perubahan peranan LKMD, yang
sebelumnya sebagai akumulasi aspirasi masyarakat berubah menjadi wadah aspirasi
penguasa. Masuknya teknologi ke desa, seperti halnya mekanisasi dalam bidang
pertanian, juga mempengaruhi organisasi dan manajemen usaha tani. Mekanisasi
pertanian menuntut adanya keterampilan baru bagi para pekerja. Tuntutan
tersebut, dengan sendirinya membutuhkan modal yang besar sehingga melibatkan
bank dan pemodal lainnya. Pengadaan modal untuk pengembangan industri atau
mekanisasi di desa, ditunjang oleh kebijaksanaan pemerintah dalam bentuk
pemberian pinjaman berupa kredit. Kebijaksanaan ini merangsang timbulnya
keberanian untuk meminjam kredit dalam jumlah besar, tanpa diimbangi oleh
sistem organisasi dan manajemen yang memadai, sehingga muncul dimana-mana
tunggakan kredit, seperti bimas atau industri kecil menunggak.
Dengan
terjadinya perubahan structural tersebut, tidak mampu dinafikan bahwa budaya
atau kultur masyarakat pun ikut berubah. Seperti yang telah dijelaskan secara
teoritis perubahan kultur sosial menyangkut segi-segi non material, sebagai
akibat penemuan baru medernisasi. Artinya terjadi integrasi atau konflik unsur
baru dengan unsur lama sampai terjadinya sintesis atau penolakan sama sekali.
Masuknya
teknologi atau adanya mekanisasi di desa mengakibatkan banyaknya pertambahan
jumlah penduduk yang menganggur, transformasi yang tidak jelas, dan pola
komunikasi yang sejalan dengan perubahan komunitas di desa. Kesemuanya itu
merupakan inovasi, baik itu hasil penemuan dalam berpikir atau peniruan yang
dapat menimbulkan difusi atau integrasi. Peristiwa-peristiwa perubahan kultural
meliputi “cultural lag”, “cultural survival”, “cultural conflict” dan ”cultural
shock”.
Hal
di atas juga sangat besar pengaruhnya terhadap interaksi, sebab melalui
teknologi aktivitas kerja menjadi lebih sederhana dan serba cepat. Hubungan
antara sesama pekerja menjadi bersifat impersonal, sebab setiap pekerja bekerja
menurut keahliannya masing-masing (spesialis). Hal ini berbeda dengan kegiatan
pekerjaan yang tanpa teknologi, tidak bersifat spesialis dimana setiap orang
dapat saling membantu pekerjaan, tidak dituntut keahlian tertentu. Sehingga
dulu hubungan antara majikan (pemilik lahan) dengan petani pekerja (buruh tani)
ataupun sesame buruh tani begitu akrab dan saling mengenal, bisa dikatakan
hubungan patron klient-nya begitu terasa. Namun, hubungan tersebut kini mulai
mengalami pergeseran.
Teknologi
berkaitan dengan pembatasan pekerjaan yang bersifat kerjasama, sehingga dapat
menimbulkan konflik pada komunitas pertanian. Adanya teknologi, praktek-praktek
saling membantu menjadi terhenti dan kerjasama informal menjadi berkurang.
Proses mekanisasi di daerah pertanian menyebabkan hubungan bersifat kontrak
formal. Tenaga kerja berkembang menjadi tenaga kerja formal yang kemampuan dan
keahliannya terbatas. Lambat laun di pedesaan akan muncul organisasi formal
tenaga kerja sebagai akibat terspesialisasi dan meningkatnya pembagian kerja.
Hal inilah yang oleh Durkheim dinamakan solidaritas organik (organic
solidarity) yang lebih sering terjadi pada komunitas perkotaan.
Masuknya
teknologi ke desa menyebabkan kontak sosial menjadi tersebar melalui berbagai
media dan sangat luas, melauli perdagangan, pendidikan, agama dan sebagainya.
Akibat pola hubungan yang bersifat impersonal, maka ketidak setujuan atau
perbedaan pendapat sulit diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi harus melalui
proses peradilan. Hal ini tampak dengan adanya kebijaksanaan jaksa masuk desa,
dimana sebelumnya konflik di desa cukup diselesaikan dengan oleh ketua kampung
atau sesepuh desa, maksimal oleh kepala desa yang dianggap orang yang
berpengaruh didesa.
Pergeseran Nilai
Tradisional ke Nilai Modern
Masyarakat
modern dengan nilai dan tujuan ekonomi yang lebih menonjol cenderung memandang
sumberdaya pedesaan sebagai suatu komoditas yang secara ekonomi dapat
meningkatkan nilai finansial bagi kelompok tertentu, dimana produktivitas dalam
rentang waktu tertentu merupakan pertimbangan utama. Sebaliknya masyarakat
tradisional dan para industri memandang sumber daya yang sama sebagai milik
ulayat yang harus dijaga kelestariannya untuk kepentingan jangka panjang. Bagi
mereka aspek pemerataan lebih penting dari produktivitas.
Kelembagaan
tradisional umumnya lebih memperhatikan aspek pelestarian untuk kepentingan
anak cucu mereka di masa mendatang. Namun munculnya organisasi ekonomi yang
disertai nilai-nilai barat perlahan-lahan mengubah nilai radial kebersamaan
kearah nilai finansial yang kurang mempertimbangkan aspek pemerataan.
Di
lain pihak kalangan petani yang memiliki wawasan lebih luas dan terbuka
menerima perubahan ini sebagai upaya untuk menuju kepada kecenderungan mencari
sistem yang lebih terbuka sebagai jalan keluar terbaik bagi kegiatan produksi
yang tengah dijalani. Kalangan ini cenderung mempertahankan usaha taninya
dengan mengandalkan diri sepenuhnya (atau sebagian) kepada ketersedian input
eksternal. Bagi mereka moderniasasi dapat membuka peluang inovasi, dan inovasi
yang selaras dengan kebutuhan pertanian adalah inovasi yang berkaitan erat
dengan input industri dan proses industrialisasi serta pemasaran yang baik.
Inovasi
seperti ini cenderung menuntut hubungan yang lebih kuat dengan sistem lain
diluar usaha tani setempat serta mengurangi ketergantungan terhadap hubungan
internal. Sistem kerja tanpa imbalan berganti menjadi sistem upah (harian,
borongan dan lain-lain). Saling ketergantungan akan kebutuhan tenaga menjadi
berkurang dan hubungan dengan sumberdaya dari luar sistem usaha tani lebih
bersifat ekonomis, dari pada bersifat hubungan radial seperti sebelumnya.
Munculnya organisasi ekonomi yang disertai nilai-nilai Barat perlahan-lahan
mengubah nilai radial kearah finansial.
Kondisi
di atas bukan saja karena perbedaan persepsi terhadap tujuan pengembangan
masyarakat pedesaan, namun juga disebabkan oleh perbedaan nilai dan norma
sosial dan ekonomi yang dalam proses globalisasi dibawa dari nilai Barat yang
lebih berorentasi ke arah nilai finansial diukur dengan peningkatan pendapatan.
Sedangkan sukses dan kesejahteraan dalam nilai tradisional lebih bersifat
komunal dan tercermin dari nilai-nilai lokal antara lain berupa tepo-sliro dan
kerukunan individu.
Kamaluddin
(1983) menyebutkan beberapa sikap tradisional dalam masyarakat yang tidak
sesuai dengan keperluan pembangunan dan modernisasi. Diantaranya ialah :
(1) Sikap lambat
menerima perubahan atau hal-hal yang baru sungguhpun akan menguntungkan mereka.
(2) Sikap lebih
suka mencari jalan yang paling mudah dan cepat mendatangkan hasil sungguhpun
tidak begitu besar, sebaliknya kurang berani memikul resiko pada usaha-usaha
yang kemungkinan keuntungannya lebih besar dan sifatnya jangka panjang.
(3) Sikap kurang
bertanggung jawab dalam tugas pekerjaan serta mudah untuk tidak menepati janji
dalam hubungan-hubungan ekonomi.
Pada
umumnya sikap-sikap hidup yang demikian itu lebih berakar dan lebih banyak
terdapat di kalangan masyarakat pertanian tradisional. Dan semakin berkembang
kehidupan ekonomi serta makin jauh pengaruh lingkungan alam tradisional, maka
sikap hidup yang demikian itu telah semakin berkurang.
Namun
demikian harus diingat bahwa munculnya sikap tersebut bukan merupakan indikasi
bahwa petani tradisional tidak rasional. Sebaliknya justru kita sering merasa
lebih pintar sehingga kita tidak berusaha memahami petani dari sudut pandang
mereka sendiri. Apa yang dikemukan Kamaluddin di atas memang benar merupakan
potret umum petani kita. Namun sebenarnya sikap mereka juga dilandasi
pertimbangan rasional. Apa yang sering luput dalam pengamatan para ahli umumnya
adalah bahwa petani kita juga memperhatikan aspek keamanan pangan dalam
kebijakan produksi mereka, sementara kebanyakan ahli kita hanya memperhitungkan
pada aspek finansial komersilnya saja. Sikap menghindari resiko (risk aversion)
misalnya, ini merupakan hal lumrah bagi petani yang penguasaan resourcenya
sangat terbatas. Bila gagal mereka tidak memiliki alternatif yang lain untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sementara sebagian ahli hanya melihat bahwa potensi
produksinya besar, namun resiko dan pertimbangan keamanan pangan luput dari
perhatian mereka.
Petani
kita memang lambat menerima inovasi baru. Hal itu sebetulnya bisa dipahami
dalam kaitan dengan penjelasan di atas. Mereka ingin memperoleh tingkat kepastian
yang lebih tinggi bahwa hal baru tersebut memang menguntungkan. Dalam bisnis
besarpun sesungguhnya pertimbangan ini juga dilakukan, besarnya resiko dan
ketidakpastian merupakan faktor yang harus dipertimbangkan sebagai nilai
negatif terhadap suatu usaha atau proyek yang akan dijalankan.
Sementara
sifat yang ketiga tampaknya hal ini tidak merupakan sifat spesifik petani.
Sifat ini juga dengan mudah kita jumpai pada pengusaha-pengusaha besar dalam
berbagai bidang. Ini lebih merupakan karakteristik personal orang per orang
dari pada merupakan atribut umum yang melekat pada petani.
Sebagai
kesimpulan, memang petani kita hidup sederhana dan bersahaja, namun salah
sekali anggapan yang mengira bahwa mereka bodoh, tidak terampil dan tidak
berpengetahuan. Seungguhnya mereka berpengetahuan dan terampil pada tingkat
yang sesuai dengan kebutuhan mereka sebagai refleksi dari kesadaran mereka akan
kualitas dan kuantitas sumberdaya yang mereka kuasai. Tidak ada bukti yang kuat
yang menunjukkan bahwa sikap hidup mereka tersebut dapat menghambat kemajuan,
pembangunan dan modernisasi. Sebaliknya, kegiatan pembangunan justru akan
terhambat kalau pelaksanaannya tidak concern dengan sifat, sikap dan potensi
spesifik di lokasi.
Langganan:
Postingan (Atom)